Kyai Slamet sedang ngikuti kontes kecantikan |
Entah sudah berapa juta mil jarak yang ditempuh Kyai Slamet (yang ini bukan kerbaunya Kraton Surakarta lho...). Yang jelas jauh sebelum kutunggangi, seorang bapak tua di Banyudono, Boyolali sana telah mengendarai motor antik ini selama sewindu. Baru saat aku menginjak usia 17 tahun, seiring syarat untuk boleh mengantongi Surat Ijin Mengemudi (SIM), Kyai Slamet berpindah ke tanganku. Walau waktu itu aku tak langsung mengurus salah satu kartu anti tilang itu. Sebab kepindahan Kyai Slamet ke tanganku bukan karena aku sudah punya SIM. Sebagaimana umumnya para pengandara di negeri kita tercinta, Indonesia.
Saat itu aku duduk dibangku kelas satu SMA 1 Simo, menjelang kenaikan kelas. Walau sekolah ndeso, soal gaya nggak mau kalah sama yang di TV. Saat itu juga aku baru belajar naik motor. Teman-teman bilang, motor pertama kok bekas. Tepat seperti Samuel James Witwicky, yang malu diejek teman-temannya saat dibelikan sebuah Chevy Camaro butut yang ternyata seekor robot alein bernama Bumblebee. Begitu juga keberkahan yang hadir bersama Kyai Slamet. Honda Astrea Star keluaran tahun 1992 ini walau butut masih mampu degeber hingga 95 km/jam. Apalagi saat musim hujan tiba. Ketika motor-motor lain yang relatif baru mogok kena hujan, Kyai Slamet dengan percaya diri melenggang di jalan yang banjir hingga menutupi knalpot.
Hingga kini Kyai Slamet masih setia menemaniku.
No comments:
Post a Comment