Wednesday, November 30, 2011

Filosofi Nyapu

Larik-larik debu yang tertata rapi oleh sapuan seikat lidi.

Sudah tak perlu dipungkiri lagi. Bahwa saya 100 % anak desa. Namun, pelajaran dari desa memang tak ada habisnya. Kali ini saya berkesempatan untuk mengambil satu hikmah. Ialah filosofi nyapu.

Anda sekalian saya yakin mengenal sapu lidi. Perangkat sederhana untuk mengumpul sampah yang terbuat dari kumpulan tulang daun kelapa yang diikat.

Yang namanya sapu tentu gunanya untuk menyapu. Namun di desa di mana saya menjadi anggota warga baru, yang namanya sapu fungsinya juga untuk menyisir debu. Jadi tahu kan yang disisir bukan cuma rambut.

Kegiatan macam ini hanya bisa dilakukan di halaman tanah yang cukup luas. Di kota akan sulit mengekspresikan seni yang satu ini. Selain halaman sempit, halaman rumah di kota juga keras karena berupa aspal atau paving jalanan.

Mungkin, di desa di mana saya menjadi anggota warga baru, halaman luas dengan debu yang tertata rapi akan menunjukkan strata sosial. Makanya kegiatan menyapu latar, walau hanya dengan alat sederhana, merupakan aktivitas prestisius sekelas mengayun steak golf harga puluhan juta di padang golf nan mewah. :)

Thursday, November 24, 2011

Para Pengejar Matahari

Jemuran yang tak kering tanpa matahari
"Nitip njemur baju di sini ya, Om," kata Mbak Sri sambil menyiapkan jemuran dari kayu dan membawa seember penuh baju basah habis dicuci. "Ngejar matahari, kalo sore mesti hujan," ujar ibu dua putra ini. Kebetulan rumahku menghadap timur. Sehingga depan rumah selalu bermandikan sinar matahari pagi.


Musim hujan kembali menyapa. Saatnya Malaikat Mikail sibuk membuka dan menutup kran hujan. Begitu pula para ibu yang kudu lebih peka melihat tanda dari langit. Harus lebih jeli mengolah jadwal kerjanya. Sebab jika perhitungan dan prediksi mereka tidak tepat, akan kacau tatanan peradaban.

Kok bisa begitu?

Tentu bisa. Bayangkan saja jika baju yang kita pakai kotor, kemudian dicuci, kemudian tak kering karena matahari nggak nongol, sementara baju serep di lemari sudah habis. Mau menutupi badan pakai daun pisang?

Ya kalau kita mau pakai baju yang gak di cuci, atau mau pakai baju basah yang gak dijemur, masalah akan selesai. Namun masalah akan jadi panjang kalau sampai pakai daun dan kulit hewan buat nutupi malu. Wah, balik maning ke jaman purba.

Oleh karenanya, berterimakasihlah pada para pengejar matahari. Yang biasanya peran ini dimainkan dengan baik oleh ibu atau istri kita, juga para asisten rumah tangga. 

Pesan Pendek

Stiker yang lucu dan lumayan nggilani macam ini banyak beredar

Sebelum marak stiker, manusia masa lampau menempelkan pesan-pesan di dinding-dinding goa. Bahasanya pun sederhana. Berupa tapak tangan dengan warna merah. Atau gambar-gambar sederhana.

Seiring majunya peradaban, manusia kini punya media yang variatif untuk menyampaikan pesan. Dan saking mudahnya menyampaikan pesan melalui media yang tak terhitung lagi banyaknya, membuat manusia kini bingung mau menyampaikan pesan apa. Walhasil, pesan tak bermutu macam stiker di atas bermunculan. Dan anehnya, banyak juga manusia penikmat stiker tak bermutu ini. Manusia yang aneh...

Tuesday, November 15, 2011

Bunga Suweg

Bunga Suweg adalah keluarga Bunga Bangkai

Sekilas mirip bunga yang diceritakan Bu Guru saat SD dulu. Namun tidak mengeluarkan bau. Endemiknya pun tak hanya di Sumatera. Ya, bunga suweg (Amorphophallus Campanulatus) memang bukan bunga bangkai (Titanium Amorphophallus). Ia biasa tumbuh di pekarangan dengan tinggi 50 cm dan berdiamete 30 cm. Masa mekarnya seiring datangnya musim hujan. Walau beda, bunga suweg cukup untuk mengobati rasa penasaran bagi yang tak sempat ke Kebun Raya Bogor untuk melihat bunga bangkai yang tak setiap saat ada...

Friday, November 11, 2011

Bukan Pembalut (1)

Apakah Anda juga mengira ini merek pembalut wanita?

Konon, di China, pembuatan onderdil sepeda motor dikerjakan industri rumahan. Yang di Indonesia industri serupa mungkin memproduksi biji-biji catur atau kerupuk upil. Maka tak heran waktu booming Motor China (Mochin) di Indonesia, seperti perkiraan banyak orang, dan ternyata benar, yaitu mudah rusak. Olok-olok yang menjadi perbincangan khalayak adalah reparasi Mochin jangan terlalu diharapkan. Sebab ukuran onderdil Mochin, yang bikinan industri rumahan, tidak berstandar. Ada yang bilang, besar pipa yang tak sama, lubang baut yang tidak pada tempatnya, hingga hasil pengerjaan yang beraneka. Ini karena masing-masing industri rumahan punya standar masing-masing, untuk tidak mengatakan tidak berstandar.

Juga tak asing lagi bahwa berbagai produk China adalah barang antik. Kenapa? Karena hasil 'kanibal' barang lama bekas Amerika. Contohnya pesawat teve yang sempat cukup lama mengusir sepi kami, aku dan teman-teman serumah waktu kuliah dulu.

Mereknya lucu. Atau bisa dibilang aneh bin norak. Setiap teman yang berkunjung dan pertama kali melihat TV kami, langsung teringat produk pembalut wanita. Mungkin pembuatnya males bikin nama, terus niru dan dimodifikasi.

FOSTEX. Sebuah pesawat teve 14' yang lima tahun lalu seharga Rp 400 ribu. Hasil patungan teman-teman serumah, plus para romli alias rombongan liar yang sering kali datang tak diundang pergi tak diusir.

Kini kotak ajaib ini nangkring di ruang tengah rumahku. Sempat menghibur kami enam belas hari.

Tuesday, November 1, 2011

Prasasti


Masih ingat pelajaran sejarah waktu SD? Tentang bongkahan-bongkahan batu berpahatkan pesan. Dari para pengirim pesan masa lalu. Itulah batu-batu prasasti yang menjadi saksi sekaligus bukti. Bahwa seseorang pernah eksis pada suatu ketika yang telah lampau. Memberikan pengaruh di jamannya. Meninggalkan jejak bagi generasi sesudahnya.

Tinggalkan jejak kebaikan untuk anak cucumu.