Larik-larik debu yang tertata rapi oleh sapuan seikat lidi. |
Sudah tak perlu dipungkiri lagi. Bahwa saya 100 % anak desa. Namun, pelajaran dari desa memang tak ada habisnya. Kali ini saya berkesempatan untuk mengambil satu hikmah. Ialah filosofi nyapu.
Anda sekalian saya yakin mengenal sapu lidi. Perangkat sederhana untuk mengumpul sampah yang terbuat dari kumpulan tulang daun kelapa yang diikat.
Yang namanya sapu tentu gunanya untuk menyapu. Namun di desa di mana saya menjadi anggota warga baru, yang namanya sapu fungsinya juga untuk menyisir debu. Jadi tahu kan yang disisir bukan cuma rambut.
Kegiatan macam ini hanya bisa dilakukan di halaman tanah yang cukup luas. Di kota akan sulit mengekspresikan seni yang satu ini. Selain halaman sempit, halaman rumah di kota juga keras karena berupa aspal atau paving jalanan.
Mungkin, di desa di mana saya menjadi anggota warga baru, halaman luas dengan debu yang tertata rapi akan menunjukkan strata sosial. Makanya kegiatan menyapu latar, walau hanya dengan alat sederhana, merupakan aktivitas prestisius sekelas mengayun steak golf harga puluhan juta di padang golf nan mewah. :)
No comments:
Post a Comment